KIAT PENGEMBANGAN PUSKESMAS MENJADI PUSKESMAS ISO

 Dalam rangka meningkatkan kinerja program  kesehatan menuju Kabupaten Sehat Mandiri tahun 2013 yang merupakan Visi Dinas Kesehatan. Dalam 3 tahun terakhir ini yaitu 2008 – 2010  Alhamdulilah pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan difokuskan pada pelaksanaan program-program dibidang kesehatan, walaupun demikian masih beberapa Indikator Derajat Kesehatan yang sampai saat ini belum mencapai target baik yang termuat dalam Renstra Dinas Kesehatan maupun Target Nasional, antara lain : Angka Kematian Ibu pada tahun 2010 masih ada 4 orang yang meninggal, Angka Kematian Bayi sebesar 13,43/oooKH, Angka Kematian Balita sebesar 0,2/ooo KH dan Status Gizi buruk masih sebesar 0,03%, oleh karena itu salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah dengan membuat Puskesmas menjadi Puskesmas ISO sehingga diharapkan dapat mencapai target indicator derajat kesehatan dan standard pelayanan minimal yang termuat dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan serta target MDGs-Bidang Kesehatan yang merupakan kesepakatan global 189 negara.
Untuk merealisasikan hal tersebut diatas tentunya pelaksanaan kegiatan program harus berkesinambungan dimana kita ketahui  bersama ada beberapa kegiatan yang memang setiap tahun harus dilaksanakan (kegiatan pokok) dan ada kegiatan-kegiatan inovatif yang juga sangat perlu untuk mencapai hasil pembangunan kesehatan yang maksimal.
Selain itu, untuk dapat meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, focus prioritas pembangunan nasional bidang kesehatan didukung oleh peningkatan kualitas manajemen dan pembiayaan kesehatan, system informasi dan Ilmu pengetahuan dan tehnologi kesehatan, untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang mempunyai target kinerja yang telah ditanda tangani sebagai perjanjian kepada Pemerintah Daerah yang akan dicapai sampai tahun 2013.
Dimana target ini  diharapkan  akan membawa Pembangunan Kesehatan untuk mencapai Visi Kabupaten Enrekang dan Visi Dinas Kesehatan khususnya yaitu “ Enrekang Sehat Mandiri tahun 2013”.
Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan membuahkan hasil yang otomatis berdampak pada perkembangan pembangunan kesehatan adalah :

“Pelaksanaan Puskesmas menjadi Puskesmas ISO”.

Ide untuk menjadikan puskesmas menjadi puskesmas ISO kurang lebih pada pertengahan tahun 2008 dimana berasal dari Pemerintah daerah dalam hal ini Bupati Enrekang yang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan sangat berkeinginan agar semua puskesmas di Kabupaten Enrekang bisa menjadi Puskesmas ISO dengan harapan agar puskesmas betul-betul bisa menjadi tempat pemberian pelayanan kesehatan dasar tingkat pertama yang dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat sehingga memberikan kepuasan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan di Kabupaten enrekang yang merupakan indicator di sector kesehatan (AKI, AKB,AKBA, Angka Kesakitan dan Status Gizi) .Ide ini  mendapat respon yang positif  dari wakil rakyat di dewan Perwakilan rakyat dimana pada akhir tahun 2008 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dengan didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan pada waktu itu dan beberapa jajarannya/stafnya yang berkompeten melakukan kunjungan kerja ke Puskesmas  puskesmas yang berada di Jakarta yaitu Puskesmas Cilandak dimana  puskesmas ini sudah menerapkan manajemen mutu yang cukup baik (ISO). Dan untuk kedua kalinya Ka.Dinas Kesehatan beserta kepala puskesmas dan staf dinas kesehatan juga melakukan kunjungan kerja ke Puskesmas Tebet untuk melihat sejauhmana pelaksanaan PKM ISO dan bagaimana sampai mereka bisa konsisten untuk menjalankan ISO. Dari hasil kunjungan kerja tersebut dilaporkan ke Pemerintah Daerah dalam hal ini BApak Bupati Enrekang  dan beliau optimis Enrekang juga bisa melakukan hal yang sama yaitu Pelaksanaan Puskesmas ISO di Bumi Massenrempulu, meskipun daerah kami bukan termasuk daerah perkotaan . Sehingga PEMDA berkeinginan secara bertahap sampai 2013 semua puskesmas bisa menjadi PKM ISO.
Hal ini diharapkan kedepan dengan pelaksanaan Puskesmas ISO semua kegiatan program akan berjalan dengan baik dengan dukungan Sumber Daya baik kualitas maupun kuantitas yaitu Sumber Daya Manusia, Anggaran dan Sarana dan prasarana yang dibutuhkan, yang tentunya akan mendapat dukungan sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten  Enrekang, dimana tujuan akhir dari target ini adalah Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Enrekang

KAPAN PROGRAM MULAI DILAKSANAKAN ?

        Setelah melakukan beberapa kali kunjungan kerja, pada tahun 2009 PEMDA melalui Dinas Kesehatan Melakukan Pelaksanaan Puskesmas menjadi Puskesmas ISO dimana pada tahun itu ada 3 puskesmas yang terpilih yaitu Puskesmas Maiwa, Anggeraja dan Baraka yang melalui proses konsultansi sampai sertifikasi dan Alhamdulillah pada awal tahun 2010 setelah melalui proses audit untuk memperoleh sertifikasi ISO, ketiga puskesmas dinyatakan Lulus menjadi Puskesmas ISO. Tentunya untuk mencapai hal tersebut sangat tidak mudah mengingat keterbatasan sumber daya yang pada saat ISO ada beberapa hal yang mau tidak mau harus disiapkan dan tersedia di Pusat pelayanan (PKM) dan alhamdullah hal ini dapat terpenuhi meskipun dengan berbagai macam benturan-benturan namun karena komitmen dari pimpinan dalam hal ini Kepala Dinas Kesehatan dan Komitmen Kepala Puskesmas beserta  teman-teman di puskesmas dan dukungan serta pemantauan,koordinasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan semua dapat dilaksanakan dengan baik. Sampai saaat ini  ketiga puskesmas tersebut sudah kurang lebih 3 tahun berjalan dengan baik dan setiap 6 bulan mereka di audit oleh lembaga sertifikasi internasional dalam hal ini SAI Global dan Alhamdulillah ketiga puskesmas tetap konsisten pada pelaksanaan ISO . Untuk tahun 2011 ini ada 2 puskesmas yang diusulkan yaitu Puskesmas Sudu dan Puskesmas Kabere dan alhamdulilah kedua puskesmas ini juga sudah dinyatakan Dapat menyandang PKM ISO pada Bulan Desember tahun 2011 sehingga sampai tahun 2011 jumlah PKM ISO di Kabupaten Enrekang sebanyak 5 Puskesmas yaitu Puskesmas MAiwa, Anggeraja, Baraka, Sudu dan Kabere. Untuk tahun 2012 ini telah dipersiapkan 2 puskesmas lagi yaitu PKM Baroko dan PKM KAlosi , meskipun rencana semula adalah 4 puskesmas namun karena keterbatasan Anggaran dan itu harus dimaklumi.

TEMPAT/LOKASI

Sampai saat ini Lokasi Puskesmas ISO berada di 5 Kecamatan yaitu Puskesmas Maiwa di Kecamatan Maiwa, Puskesmas Anggeraja di Kecamatan Alla, Puskesmas Baraka di Kecamatan Baraka, PKM Sudu Kecamatan Alla dan PKM Kabere kecamatan Cendana.Untuk tahun ini direncanakan di 2 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Alla yaitu Puskesmas KAlosi dan Kecamatan BAroko yaitu Puskesmas BAroko.

MEKANISME PROGRAM

Untuk mekanisme program ISO ini, karena Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Tehnis Dinas Kesehatan sehingga mulai dari sosialisasi, kunjungan kerja sampai kepada pelaksanaan puskesmas menjadi puskesmas ISO serta monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan sebagai induk organisasi sehingga puskesmas setiap saat berkoordinasi dengan dinas kesehatan dalam pelaksanaannya, demikian halnya dengan kelengkapan sumber daya baik Anggaran, SDM dan sarana dan prasarana di sediakan oleh dinas kesehatan yang termuat dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dinas Kesehatan (DPA), dimana dalam DPA tersebut ada porsi untuk puskesmas mulai operasional puskesmas sampai kepada penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasaranadi pusat-pusat pelayanan kesehatan
Khusus untuk pelaksanaan PKM ISO, setiap 6 bulan sekali PKM ISO di audit kembali oleh Badan Sertifikasi International untuk melihat apakah puskesmas konsisten dengan Pelaksanaan ISO yang mereka laksanakan atau tidak dan alhamdulilah dalam 3 tahun ini ketiga Puskesmas (Anggeraja, Baraka dan Maiwa) tetap konsisten dan tetap lulus dalam audit yang dilaksanakan (Surveilance Audit). Dan khusus untuk 2 Puskesmas yang baru ISo yaitu Sudu dan Kabere, baru akan di audit ulang (Surveilance Audit pada bulan Maret tahun 2012 nanti.

OUTPUT DAN OUTCOME PROGRAM

Setelah kurang lebih 3 tahun berjalan (PKM ISO), saat ini ada 5 puskesmas yang sudah ISO yaitu Puskesmas Anggerja, Baraka, Maiwa,  dan Puskesmas Sudu,  Kabere baru tahun 2011 mencapai ISO dan tetap konsisten menjalankan ISO. Salah satu pencapaian yang cukup menggembirakan yaitu tentunya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh masyarakat berdasarkan survey kepuasan pelanggan yang memang salah satu yang harus dilaksanakan oleh PKM ISO, kemudian pada tahun 2011 menjadi salah satu nominasi AWARD yang dilaksanakan oleh FIFO dan pada tahun 2011  PKM  Baraka masuk dalam 10 besar yang terbaik untuk akreditasi Puskesmas dan  hal ini berdampak pada Perkembangan Derajat Kesehatan di Kabupaten Enrekang dan Indikator Kinerja Dinas Kesehatan yaitu Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan khususnya di 3 Wilayah Puskesmas yang telah ISO sejak tahun 2009 ,sebagai berikut:

Dapat dilihat bahwa setelah ISO ketiga Puskesmas menghasilkan hasil Indikator derajat kesehatan yang cukup menggembirakan, dimana terlihat ketiga puskesmas dalam tiga tahun terakhir tidak mempunyai Kematian Ibu, kemudian adanya penurunan Angka Kematian Bayi, Kematian Anak dan Kematian Kasar dalam tiga tahun terakhir, demikian halnya dengan status gizi masyarakat yang secara bertahap mengalami penurunan.
Hal ini menandakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan (pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat) di 3 puskesmas tersebut mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan.

DASAR HUKUM (SK BUPATI/KADIS)

Dasar hukum dari pemerintah daerah berupa adanya Surat Perjanjian Kepala Dinas Kesehatan dengan Pemerintah Daerah,  dimana dalam perjanjian ini Kepala Dinas Kesehatan menyetujui bahwa sampai tahun 2013 semua Puskesmas dapat Menjadi ISO, dengan surat perjanjian ini, Kepala Dinas Kesehatan sangat proaktif dalam pelaksanaan PKM ISO ini dan dukungan sepenuhnya didukung oleh PEMDA Kabupaten Enrekang
Dilingkup Dinas Kesehatan,  Puskesmas mempunyai  SK Tim ISO Puskesmas yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas Kesehatan, dimana tim inilah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ISO di puskesmas dan melaporkan perkembangan pelaksanaannya.
Berikut ada beberapa dokumentasi Puskesmas ISO di Kabupaten Enrekang.:

Kondisi Puskesmas SUDU (Wilayah APOTEK)
Kondisi Puskesmas SUDU (Wilayah APOTEK)

PROSES KONSULTANSI DI PKM MAIWA (POLI KIA)

PROSES KONSULTASI DI PKM KABERE (BAGIAN LABORATORIUM)

PROSES AUDIT DI PKM ANGGERAJA (POLI UMUM)

KOTAK SURVEY KEPUASAN PELANGGAN DI PKM SUDU

KOTAK SURVEY KEPUASAN PELANGGAN DI PKM SUDU

5 thoughts on “KIAT PENGEMBANGAN PUSKESMAS MENJADI PUSKESMAS ISO

  1. Sebenarnya fungsi utama eksistensi puskesmas sebagai unit public service adalah upaya promotif dan preventif terhadap risiko kesakitan di tengah masyarakat yang dilayaninya. Sedangkan, sertifikasi ISO berhubungan dengan fungsi kuratif Puskesmas. Bila fungsi kuratif berhubungan dengan upaya kesehatan perorangan (UKP), maka fungsi promotif dan preventif berkaitan dengan upaya kesehatan masyarakat (UKM). Jadi, relevansi sertifikasi ISO lebih ditujukan pada puskesmas plus yakni puskesmas yang menjalankan fungsi kuratif berupa rawat inap dan rawat jalan secara simultan. Bukan untuk semua puskesmas. Bahkan sebenarnya fungsi kuratif lebih diperankan oleh rumah sakit dibanding puskesmas hatta itu puskesmas rawat inap sekalipun.
    Jangan sampai pemerintah jadi salah arah dalam mengambil kebijakan ISO ini. puskesmas harus tetap berperan lebih kearah sektor promotif dan preventif karena inilah esensi kesehatan sebenarnya. Adapun untuk bidang pengobatan atau kuratif lebih diperankan oleh rumah sakit sebagai pusat kuratif dan rehabilitatif. Melalui puskesmas masyarakat lebih diutamakan untuk dididik hidup sehat supaya tidak gampang sakit. Jangan sampai sertifikasi iso menjadikan puskesmas berubah arah dan fungsi dari fungsi pencegahan atau promotif dan preventif terabaikan atau paling tidak menjadi kurang diperhatikan. Fungsi puskesmas lebih diarahkan bagaimana agar masyarakat bisa tetap sehat tanpa harus datang ke puskesmas, bagaimana agar masyarakat didik untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, intinyanya peran puskesmas lebih ke arah bagaimana mendidik masyarakat agar semakin sadar dan semakin paham tentang kesehatan. Pelaksanaan iso di beberapa tempat di kota-kota besar seperti Jakarta misalnya tidak serta merta menjadikan masyarakat di sekitar puskesmas menjadi lebih sehat. Banyaknya pasien yang datang berobat ke puskesmas iso sebenarnya tidak bisa menjadi tolak ukur berhasil tidaknya peran puskesmas di suatu wilayah justru sebaliknya menjadi bahan kajian apakah peran sesungguhnya dari fungsi promotif dan preventif puskesmas berjalan dengan optimal atau tidak.
    Penerapan ISO di puskesmas yang notabene lebih terfokus kepada bidang pelayaan kuratif dikhawatirkan menjadikan peran puskesmas di bidang promotif dan preventif termarginalkan. Hal ini bisa menimbulkan masalah baru karena masyarkat akan berfikir untuk lebih sering berobat ketimbang menjaga kesehatan. Di beberapa kota besar termasuk jakarta Jakarta masyarakat yang datang untuk berobat ke puskesmas semakin bertambah. Minat masyarakat untuk datang berobat seiring dengan semkin baiknya layanan kuratif di puskesmas menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk datang berobat. Persepsi yang terbentuk di masyarkat bisa saja tersirat dalam ungkapan “Tenang ga usah kalau sakit ga perlu khawatir kan sudah ada puskesmas yang murah meriah dengan dengan pelayanan yang prima”. Sehingga ada masyarakat yang datang berobat ke puskesmas 3 sampai 4 kali dalam sebulan padahal lazimnya seseorang sakit hanya 5-6 kali dalam setahun. Ini menjadi indikator melemahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan. Bisa jadi masyarakat menjadi semakin kurang sadar akan kesehatan dan mungkin salah satu penyebabnya adalah adanya pergeseran peran puskesmas dari preventif dan promotif ke arah kuratif. Seandainya penerapan ISO di puskesmas bisa lebih mengoptimalkan peran promotif dan preventif yang merupakan tugas pokok puskesmas maka gebrakannya pasti akan menjadi luar biasa. Inilah esensi dari kata Mencegah lebih baik daripada mengobati.

  2. Puskesmas ISO
    Sebenarnya fungsi utama eksistensi puskesmas sebagai unit public service adalah upaya promotif dan preventif terhadap risiko kesakitan di tengah masyarakat yang dilayaninya. Sedangkan, sertifikasi ISO berhubungan dengan fungsi kuratif Puskesmas. Bila fungsi kuratif berhubungan dengan upaya kesehatan perorangan (UKP), maka fungsi promotif dan preventif berkaitan dengan upaya kesehatan masyarakat (UKM). Jadi, relevansi sertifikasi ISO lebih ditujukan pada puskesmas plus yakni puskesmas yang menjalankan fungsi kuratif berupa rawat inap dan rawat jalan secara simultan. Bukan untuk semua puskesmas. Bahkan sebenarnya fungsi kuratif lebih diperankan oleh rumah sakit dibanding puskesmas hatta itu puskesmas rawat inap sekalipun.
    Jangan sampai pemerintah jadi salah arah dalam mengambil kebijakan ISO ini. puskesmas harus tetap berperan lebih kearah sektor promotif dan preventif karena inilah esensi kesehatan sebenarnya. Adapun untuk bidang pengobatan atau kuratif lebih diperankan oleh rumah sakit sebagai pusat kuratif dan rehabilitatif. Melalui puskesmas masyarakat lebih diutamakan untuk dididik hidup sehat supaya tidak gampang sakit. Jangan sampai sertifikasi iso menjadikan puskesmas berubah arah dan fungsi dari fungsi pencegahan atau promotif dan preventif terabaikan atau paling tidak menjadi kurang diperhatikan. Hal ini tidak boleh terjadi karena peran promotif dan preventif di puskesmas tidak bisa diwakilkan atau dilaksanakan oleh institusi lain. Beberapa pemkot mencoba menshare program preventif dan promotif ke instansi kelurahan atau kecamatan namun kurang berjalan optimal bahkan cenderung lamban. Hal ini biasanya terkendala faktor SDM dan kalaupun faktor ini berusaha untuk dipenuhi maka butuh waktu dan anggaran tambahan lagi. Fungsi puskesmas lebih diarahkan bagaimana agar masyarakat bisa tetap sehat tanpa harus datang ke puskesmas, bagaimana agar masyarakat dididik untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, dsb yang intinyanya peran puskesmas lebih ke arah bagaimana mendidik masyarakat agar semakin sadar dan semakin paham tentang kesehatan. Pelaksanaan iso di beberapa tempat di kota-kota besar seperti Jakarta misalnya tidak serta merta menjadikan masyarakat di sekitar puskesmas menjadi lebih sehat. Banyaknya pasien yang datang berobat ke puskesmas iso sebenarnya tidak bisa menjadi tolak ukur berhasil tidaknya peran puskesmas di suatu wilayah justru sebaliknya menjadi bahan kajian apakah peran sesungguhnya dari fungsi promotif dan preventif puskesmas berjalan dengan optimal atau tidak.
    Penerapan ISO di puskesmas yang notabene lebih terfokus kepada bidang pelayaan kuratif dikhawatirkan menjadikan peran puskesmas di bidang promotif dan preventif termarginalkan. Hal ini bisa menimbulkan masalah baru karena masyarkat akan berfikir untuk lebih sering berobat ketimbang menjaga kesehatan. Di beberapa kota besar termasuk Jakarta masyarakat yang datang untuk berobat ke puskesmas semakin bertambah. Minat masyarakat untuk datang berobat seiring dengan semakin baiknya layanan kuratif di puskesmas menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk datang berobat. Persepsi yang terbentuk di masyarkat bisa saja tersirat dalam ungkapan “Tenang ga perlu khawatir kalau sakit kan sudah ada puskesmas yang murah meriah dengan dengan pelayanan yang prima”. Sehingga ada masyarakat yang datang berobat ke puskesmas 3 sampai 4 kali dalam sebulan padahal lazimnya seseorang sakit hanya 5-6 kali dalam setahun. Ini menjadi indikator melemahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan. Bisa jadi masyarakat menjadi semakin kurang sadar akan kesehatan dan mungkin salah satu penyebabnya adalah adanya pergeseran peran puskesmas dari preventif dan promotif ke arah kuratif. Seandainya penerapan ISO di puskesmas bisa lebih mengoptimalkan peran promotif dan preventif yang merupakan tugas pokok puskesmas maka gebrakannya pasti akan menjadi luar biasa. Inilah esensi dari kata Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Tinggalkan Balasan ke Ester Aili Batalkan balasan